Senin, 14 Oktober 2013

Lembang, Pagi Tadi.

Pukul lima pagi tadi, saya beranjak dari mimpi. Kemudian cuci muka dan gosok gigi. Juga wudhu dan sholat Shubuh.
Lembang pagi ini berselimut kabut. Dinginnya membuat saya ingin terus bergelung dalam selimut. Apalagi, malamnya kurang tidur karena sibuk bercengkerama dengan teman-teman unit saya, mahasiswa rantau dari daerah yang sama.
Kemudian, saya dan beberapa kawan memutuskan untuk mendaki sebuah bukit, untuk menunggu matahari dan menikmati pemandangan pagi dari tempat tinggi.

Dengan menggunakan jaket dan sendal jepit pinjaman saya berangkat mengikuti teman-teman saya.

Ternyata, jalan menuju puncak cukup berat juga. Rumput basah bergesekan di kaki saya. Tanjakan yang agak curam membuat saya jadi ngos-ngosan.
Tapi bau khas alam menyemangati. Sudah lama saya tak seperti ini.

Semakin tinggi dan becek, bahkan mungkin bercampur kotoran sapi, tapi saya semakin termotivasi.
Saya ingin segera berada di puncak bukit itu dan menikmati pagi.
Meski jalannya agak licin dan hampir tergelincir berkali-kali, semangat saya semakin meninggi.














Hampir tiba di puncak.



Dan, akhirnya tiba juga di puncak bukit.
Pemandangannya begitu indah tak terkata.
Sayang, kamera saya kehabisan tenaga.
Saya tak sempat mengabadikan keindahannya.

Kemudian, saya duduk di sebuah batu.
Merenung memandangi pemandangan itu.
Dan saya dapat kesimpulan baru.


Bahwa mungkin dalam mencapai tujuan hidup saya perlu merasa seperti mendaki bukit.
Makin sulit makin tertantang untuk tiba di puncaknya.
Meski licin dan hampir tergelincir harus tetap dinikmati.
Karena, saat tiba di puncak, sakit dan letih menjadi tak berarti.
Menjadi hanya sebagian kecil emosi dari emosi-emosi positif yang timbul saat berhasil tiba di puncak.





Dan, kemudian dari balik awan, matahari menyembul.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar