Selasa, 29 Oktober 2013

Rasanya ingin menghentikan waktu.
Dan selamanya seperti ini.
Saya tak lagi butuh mimpi.
Karena realita telah menghadirkan kamu di sini.



Terima kasih, Semesta.

Sabtu, 19 Oktober 2013

Tempat terjauh itu bernama Masa Lalu

"Siapa di antara kalian yang asalnya paling jauh?"
Beberapa hadirin mengangkat tangan.
"Saya dari Makassar."
"Saya dari Padang."
"Ada lagi yang lebih jauh? Yak kamu yang berkerudung biru. Asal kamu dari mana?"
Pembawa acara itu menunjuk saya.
"Masa lalu."
Semua berbalik pada saya, kemudian tertawa.



Itu sekelibatan adegan Kamis lalu, di sebuah acara talkshow bertempat di aula salah satu universitas negeri ternama di Bandung.
Saat itu sedang sesi kuis, berhadiah sebuah kaos.
Meski akhirnya saya mendapatkan hadiah kaos itu, sebenarnya saya tak terlalu bangga.
Jawaban itu bukan jawaban saya. Itu dicetuskan oleh kawan saya.
Sebuah canda.
Yang tak disangkanya akan saya pakai untuk menjawab pertanyaan sang pembawa acara.

Saya merasa jawaban itu ada benarnya. Bahkan, sampai sekarang saya masih merenunginya.
Masa lalu. Tempat itu begitu jauh karena kita tak akan bisa menjangkaunya.
Sekeras apapun usaha kita.
Masa lalu hanya akan menjadi kenangan, hantu di sudut pikir kita.
Hanya bisa kita raih pecahan-pecahan memorinya, tapi untuk mengulangnya tak akan bisa.
Karena manusia, bahkan semesta, berubah setiap harinya.

Mungkin kamu bisa saja merasakan kembali suasananya.
Mungkin dengan orang yang berbeda.
Atau perasaannya yang telah berubah.
Memang terasa indah jika hanya dikenang saja.
Tapi tak akan pernah sama.

Saya sering merasakan ini, mengingat kembali kenangan-kenangan indah masa lalu.
Kemudian menjadi rindu.
Tapi, pada suasananya.
Bukan pada orang yang dengannya saya lalui momen indah itu.

Pernah saya suatu kali bertemu lagi dengan cinta pertama saya.
Menghabiskan waktu seperti dulu saat bersama.
Saya pikir saya merindukan dia.
Karena masih saja terngiang di pikiran saya kenangan kita.
Tapi ternyata saya salah.
Semua berubah.
Saya tidak merasakan apa-apa.
Semanis apa pun suasananya.
Hanya agak kaku dan kikuk saja karena lama tak berjumpa.
Selebihnya biasa saja.

Pernah juga, bersama mantan saya.
Dia yang paling lama, dan mungkin paling manis yang pernah ada.
Bersamanya, saya pernah naik motor berjam-jam melintas kota.
Hanya untuk mengantar saya menyerahkan tugas sekolah di rumah seorang guru.
Dia juga menghadiahkan saya kejutan ulang tahun yang paling indah.
Jauh-jauh dari Jakarta hanya untuk memberi bunga dan ucapan selamat ultah.
Hingga sekarang saya kadang-kadang masih bertemu dia.
Bahkan, saat dia punya pacar pun saya biasa saja.
Dan merasa bahagia, melihat kebersamaan mereka berdua.

Momen-momen indah itu, tidak apa-apa jika jadi kenangan juga pelajaran.
Asal jangan terjebak di dalamnya, kemudian jadi susah melangkah ke masa depan.
Tak semestinya masa lalu itu menjadi penyesalan yang berujung pada kesimpulan, 'Seandainya saya dulu...'
Karena, sekeras apapun kita mencoba, kita tak akan pernah bisa mengubah masa lalu.
Karena, itu terlalu jauh untuk kita tempuh.

Dia yang ada di dalam kepalamu, adalah dia yang kemarin.
Beda dengan yang kamu temui hari ini, besok, atau lusa.
Jadi, untuk apa kamu terus menginginkan sesuatu yang tidak bisa kamu jangkau dan tak lagi sama?





*Untuk kamu, yang masih saja sibuk meraih kembali masa lalu.*

Senin, 14 Oktober 2013

Percakapan Malam Ini.

Mengejutkan. Bagaimana saya bisa menjadi se-hiperbolis ini saat sedang jatuh cinta.
Padahal, dulu seringnya menjadi geli dan tertawa tiap mendengar kalimat hiperbola pujangga.
Saya suka drama. Juga pengagum sastra.
Namun, terkadang ada beberapa puisi dan prosa yang terdengar berlebihan.
Dan menggelikan. Saat kamu sedang tidak merasakan apa-apa.

Tapi, sekarang berubah indah.
Saking indahnya saya sampai kehilangan kata-kata.


Terima kasih untuk percakapan indah malam ini.


Frederic Chopin-(Op 9) Nocturne no. 2 in Eb Major


Lembang, Pagi Tadi.

Pukul lima pagi tadi, saya beranjak dari mimpi. Kemudian cuci muka dan gosok gigi. Juga wudhu dan sholat Shubuh.
Lembang pagi ini berselimut kabut. Dinginnya membuat saya ingin terus bergelung dalam selimut. Apalagi, malamnya kurang tidur karena sibuk bercengkerama dengan teman-teman unit saya, mahasiswa rantau dari daerah yang sama.
Kemudian, saya dan beberapa kawan memutuskan untuk mendaki sebuah bukit, untuk menunggu matahari dan menikmati pemandangan pagi dari tempat tinggi.

Dengan menggunakan jaket dan sendal jepit pinjaman saya berangkat mengikuti teman-teman saya.

Ternyata, jalan menuju puncak cukup berat juga. Rumput basah bergesekan di kaki saya. Tanjakan yang agak curam membuat saya jadi ngos-ngosan.
Tapi bau khas alam menyemangati. Sudah lama saya tak seperti ini.

Semakin tinggi dan becek, bahkan mungkin bercampur kotoran sapi, tapi saya semakin termotivasi.
Saya ingin segera berada di puncak bukit itu dan menikmati pagi.
Meski jalannya agak licin dan hampir tergelincir berkali-kali, semangat saya semakin meninggi.














Hampir tiba di puncak.



Dan, akhirnya tiba juga di puncak bukit.
Pemandangannya begitu indah tak terkata.
Sayang, kamera saya kehabisan tenaga.
Saya tak sempat mengabadikan keindahannya.

Kemudian, saya duduk di sebuah batu.
Merenung memandangi pemandangan itu.
Dan saya dapat kesimpulan baru.


Bahwa mungkin dalam mencapai tujuan hidup saya perlu merasa seperti mendaki bukit.
Makin sulit makin tertantang untuk tiba di puncaknya.
Meski licin dan hampir tergelincir harus tetap dinikmati.
Karena, saat tiba di puncak, sakit dan letih menjadi tak berarti.
Menjadi hanya sebagian kecil emosi dari emosi-emosi positif yang timbul saat berhasil tiba di puncak.





Dan, kemudian dari balik awan, matahari menyembul.

Minggu, 06 Oktober 2013

Catatan Cerita Masa Lalu

Aneh memang, membaca status-status lama di akun media sosial kita sendiri. Rasanya seperti berefleksi dengan diri kita di masa lalu. Membandingkan pikiran kita yang sekarang dengan yang dulu. 

Beberapa hal menarik yang saya temukan, dan pernah terlupakan.

lagi KACAU ! :'(

29 July 2009 at 17:37
Aku ingin pergi jauh sekali
Ke tempat terasing dan sendiri
Tanpa kata teman dan persahabatan
Tanpa kata keluarga dan kekerabatan
Hanya ada kata aku, diriku, dan kesendirianku

Aku ingin pergi jauh, jauh sekali
Hidup terasing dan sendiri
Tanpa ada lawan atau musuh
Tanpa ada kamu, dia, atau mereka
Yang ada hanya aku dengan keegoisan dan keangkuhanku

Tapi, kemanakah aku pergi ?

Dunia ini sudah penuh
Tak ada ruang untukku sendiri

Kalau begitu aku MATI saja!
Dan terkubur bersama keegoisan dan keangkuhanku



saat emosi mendera jiwa, api amarah membara, dan nafsu menguasai raga, segala kebaikan seakan terhapus, menyisakan sebuah tanya,'mengapa Tuhan begitu tak adil ?' yang keluar dari mulut~mulut serakah dan tak tahu terima kasih oleh makhluk bernama manusia
Facebook: 2009


Demonstrasi bukan lagi wadah penyaluran aspirasi & pendapat rakyat, tapi telah menjadi ajang keanarkisan para psikopat yang mengatasnamakan kepentingan rakyat!
Facebook: 9 Dec 2009


Once upon a time, there was a girl who obsessed and addicted to dream.
For her, dream is her drug, her second world.
She could find everything she wanted and she never felt sadness or dissapointed everytime she slept and played in her dream.
When reality seemed so boring and flat, she went to sleep and had beautiful dream.
Everything's still okay and she still could touch the ground even when she slept, she dream and fly too high.
Untill someday, she fell in love with a guy she never met before... In her dream!
She never felt this way before. Everytime she woke up after met him in her dreams, her heart was broken.
So she tried so hard to find him in her reality. But she never find his figure in every single guy that he met in her reality.
She couldn't handle her feeling anymore when her guy asked her to stay with him and leave the reality.
She, who fell too deep into his love, decided to stay with him........
She closed her eyes to left the reality forever......
But when she opened her eyes in her dream......
What she got was just.... Black... Black... An empty creepy space full of black without light!
She trapped in her dream... Trapped in her imaginary love... In a cold and empty heart... She just cried in the middle of black...
Twitter: 2 Sept 2012

Once, there was a perfect couple. They had a romantic love life and their love for one another was so deep.
Their favourite moment to share was watching the twilight rainbow in a high land, just two of them.
But, everytime they watch the rainbow, the girl always feel like her man was not there.
In her man's eyes, she catch something that she'd never got from the way her man looked at her.
Everytime her man stare at the rainbow, she felt like she was left alone. And it hurts.
"What happened to me? Why am I so jealous with... Rainbow?" asked the girl to herself.
She tried to threw away that uncomfortable and out of logic feeling but she couldn't.
"What am I supposed to do? Should I be the rainbow so he would look at me that way?"
Stupid thought but she was fell in love too deep so she decided to do anything for her love...
Eventhough it means she had to leave her life and being the rainbow.
She prayed to the God that she wanted to be the rainbow so she could get an indescribable stare from her man.
God accepted her pray. God made her death then brought her soul into one of the rainbow's colour.
Now, she was the rainbow. And she got what she wanted. Her man always looked at her the way that she loved.
Is she happy?
No. She get more pain and regret.
She realized, stay beside him is much better than being something admirable for him but couldn't be the loved ones.
Cause being the loved ones and being the admirable thing is different.
Twitter: 3 Sept 2012

Bukan Mimpi

Masih pukul tiga pagi. Saya baru saja terbangun dari sebuah mimpi, yang terasa nyata terjadi.

Ada yang lain dari caranya tersenyum.
Ada yang lain dari cara saya bercerita.
Lepas dan apa adanya.

Kekakuan seakan pergi, dan kebahagiaan menghampiri.
Pikiran kita sejalan, hati kita terkoneksi.
Bahkan dalam hening.
Saat kata tak lagi cukup mewakili rasa,
kita biarkan hati menguntai makna.


Ah, andai semua itu nyata!





















Lalu.
Sebuah buku yang tergeletak di samping kepala menyadarkan saya.
Ini.
Bukan mimpi!




Terima kasih.
Untuk malam yang indah ini.



:)














Kamis, 03 Oktober 2013

Tentang Hari Ini

Sudah lama sekali, sejak terakhir kali saya jatuh hati.
Bahkan, mungkin saya mulai lupa rasanya seperti apa dan menjadi terbiasa untuk sendiri.
Tapi rasanya ada yang aneh hari ini.
Sepertinya... Rasa itu hadir lagi.


Saya mendadak jadi kaku karena malu di depannya.
Kehilangan kata seketika, tak tahu harus membahas apa.


Tapi saya masih menerka, apa memang begitu adanya?
atau hanya kagum belaka? Saya tak tahu.
Yang saya tahu, ini tidak biasa.



Ah sudahlah, mari kita nikmati saja.



(Begitu banyak spasi karena saya kesulitan mendeskripsikan apa yang saya rasa saat ini)

:)


 Terima kasih untuk pertemuan tiga puluh menit hari ini, siang tadi.




Bach - Cello Suite No.1 i-Prelude