Rabu, 26 September 2012

Antara Kecoak dan Hidup yang di Ujung Tanduk

Semalam, dunia kedua saya didominasi oleh hewan paling mengerikan dan menjijikkan di alam semesta: KECOAK.
Padahal, seharusnya indah, namun dikacaukan oleh makhluk hitam nan bau itu.
Menyebalkan, bagaimana hewan itu bisa muncul saat saya tengah berlibur di pantai.
Bahkan, ketika saya sedang mengunjungi mall bersama teman-teman saya di realita lain saya,
makhluk itu datang lagi.
2x lebih besar dari tubuh saya.
HUA! ADA KECOAK RAKSASA!
Sontak saya jumpalitan saking terkejutnya.
Hingga... entah kenapa (namanya juga dunia mimpi) saya hampir jatuh ke lantai dasar Mall tersebut.
Ceritanya tadi saya lagi di lantai 5.
Sensasi kaget yang saya rasakan begitu terasa.
Begitu pula sensasi sebentar-lagi-jatuh dan takut itu menyelimuti saya.
Untung saya tidak jadi jatuh, padahal kemungkinan untuk jatuh ke lantai dasar sangat besar.
Ada kelegaan yang luar biasa saya rasakan karena tak jadi jatuh.
Hingga pagi ini, ketika saya menghadap dunia nyata, spontan saya mengucap rasa syukur.

Mungkin kedengarannya aneh dan sepele.
Namun, saya mencoba mencari korelasi antara cerita mimpi ini dengan dunia nyata saya.
Akhir-akhir ini saya sedang dilanda stress dan kehilangan rasa syukur.
Tiap hari kerjanya mengeluh tanpa melakukan sesuatu.
Mungkin Tuhan ingin menyadarkan saya melalui mimpi ini, melalui makhluk yang saya benci ini.
Bahwa selama kita masih bisa hidup, maka bersyukurlah!

:)

Selasa, 25 September 2012

FIKSI Sebelum Mimpi

Film favorit saya, terutama karakter Alisha-nya. 
Manis tapi kelam.
Cocok untuk pengantar mimpi.






Selamat menikmati FIKSI sebelum bermimpi!

Monokrom di Antara Jutaan Warna

Ada dua hal dalam diri manusia yang sering dianggap sama.
Karakter dan Sifat.
Padahal, dua hal ini punya perbedaan yang mendasar.
Karakter cenderung mencerminkan prinsip seseorang, sulit untuk diubah.
Sedangkan sifat lebih mengikuti keadaan lingkungan dan sifatnya fleksibel, lebih mudah diubah ketimbang karakter.
Karakter memiliki elemen sifat.
Sifat yang menjadi ciri khas individual manusia dan muncul dalam keadaan lingkungan manapun itu karakter.

Tidak berkarakter, apakah bisa disebut sebuah karakter?
Jika ya, mungkin saya adalah orang yang seperti itu.
Saya masih sering 'bermain-main' dengan sifat.
Seperti memiliki banyak wajah dan sisi, terkadang saya bisa sangat cerewet, terkadang sangat pendiam.
Terkadang begitu ramah dan sopan, lain kali jadi cuek dan dingin.
Terkadang ingin begitu diakui, tapi bisa sangat tidak percaya diri.
Mengikuti alur karena tak bisa spontan dan tidak ekspresif.
Kaku karena konsep.

Malam ini, sebenarnya begitu epik.
Bertemu teman-teman dari tim teater lama dengan berbagai karakter.
Seperti bertemu dengan uraian warna putih yang menjadi polikromatik.
Mereka semua, dengan karakter yang berwarna-warni melebur dalam suasana yang penuh keriangan dan canda tawa.
Saya pun ikut tertawa dan berbahagia.
Namun, saya hanya bisa ikut alur.
Entah kenapa tidak bisa melebur ke dalam warna-warni itu.
Saya hanya bisa menjadi monokrom dalam warna-warni yang bingar itu.
Mungkin karena saya bukan orang yang spontan jadi terlihat kaku.
Juga karena saya 'belum' menemukan karakter saya membuat saya kurang ekspresif.

Meski begitu, saya sangat senang dan menikmati tiap warna berbeda yang keluar dari tiap pribadi yang ada malam ini.
Warna-warni itu menjadikan suasana ramai dan entah kenapa terasa indah bertemu dengan orang-orang ini.
Mungkin karena mereka memiliki apa yang tidak saya miliki.
Saya tidak punya unsur merah, kuning, hijau, jingga, violet atau tosca.
Saya hitam putih. Mereka warna-warni.
Saya monokrom di antara berjuta warna.



Mungkin saya akan belajar untuk menciptakan warna saya sendiri.




Terima kasih untuk malam ini.



#MendiangRepublik
Teater Epik

Senin, 24 September 2012

Jauh di Hati, Dekat di Mimpi

Mengherankan.
Hal pertama yang saya rasakan saat kembali ke dunia nyata pagi ini.
Realita saya yang lain, yang baru saja saya alami menimbulkan tanda tanya yang menggelitik.
Sebenarnya sesuatu yang biasa, bertemu dengan orang yang saya kenal, Sangat saya kenal.
Senior saya di kampus yang berasal dari daerah yang sama dengan saya.
Yang luar biasa adalah, perasaan saya yang tiba-tiba menjadi beda saat saya bertemu dia di dunia kedua saya semalam.

Orang ini, kenyataannya saya tidak terlalu menaruh simpati pada attitudenya.
Pun sedikit kekaguman atas keprofesionalitasannya, tidak begitu berpengaruh pada perasaan dan pandangan saya terhadap attitudenya. Semuanya biasa saja.

Namun entah kenapa, semalam kami begitu asyik membagi tawa berdua.
Seperti larut dalam keromantisan yang ada.
Rasanya begitu kuat dan nyata.

Sebenarnya ini bukan kali pertama dia datang dalam realita lain saya.
Beberapa mimpi sebelumnya, kami juga sempat berbagi cerita.
Namun, tak kelihatan mesra.
Juga tak ada yang beda.

Kenyataannya, saya jarang bertemu orang ini.
Memang sempat dekat dan suka, tapi itu hanya sekedar terbawa suasana saja.
Selebihnya tak ada apa-apa.

Tapi, kenapa tadi malam beda?
Ada debar dan getar yang tidak sama.
Ada euforia yang tak terkata.

Jika mimpi adalah refleksi dari perasaan terpendam saya, benarkah perasaan saya terhadap dia seperti itu?
Tapi, logika saya menolak.
Toh tiap bertemu dia saya biasa saja.
Tak ada rasa apa-apa.

Jadi sebenarnya apa?
Ah sudah tak usah dipikirkan.

Semoga nanti malam saya tak perlu bertemu dia.


Semoga saja.

Minggu, 23 September 2012

Mimpi: Sebuah Realita yang Lain

Mimpi.
Kata Nidji, adalah kunci.
Kata Wikipedia, adalah pengalaman bawah sadar yang melibatkan indera manusia.
Kata Sigmund Freud,  sebuah saluran pengaman bagi emosi manusia, dimana emosi atau perasaan-perasaan yang ditekan selama terjaga dapat dikeluarkan secara sehat lewat mimpi.

Tapi, bagi saya, mimpi adalah dunia kedua. Sebuah realita lain dimana kita jadi rajanya. Dunia tanpa rasa tertekan dan tanpa kemustahilan.
Saya bisa menjadi apapun yang saya mau. Kelinci merah jambu yang lucu, phoenix yang anggun, atau unicorn yang bijaksana. Seorang gadis pemalu yang polos dan baik hati atau wanita independen yang keras kepala.

Mimpi.
Bagi saya adalah sebuah terapi dan penghiburan, sebuah pelarian dari kepenatan hidup. 
Taman bermain dengan warna-warni yang sedikit suram tapi membahagiakan.

Mimpi.

Menjadi obsesi saya.

Dunia kedua saya.